ISTANBUL- Turkiye atau Turki mengalami gelombang demonstrasi besar-besaran yang dimulai sejak Rabu (19/3/2025) hingga hari ini, Jumat (21/3/2025).
Aksi protes ini dipicu oleh penangkapan Wali Kota Istanbul yang populer, Ekrem Imamoglu, dalam sebuah penyelidikan yang berkaitan dengan korupsi dan terorisme.
Imamoglu, yang merupakan saingan politik utama Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, ditangkap pada Rabu dini hari, beberapa hari sebelum ia ditetapkan sebagai kandidat partai oposisi utama, Partai Rakyat Republik (CHP), dalam pemilihan presiden 2028.
Penahanan ini menuai kecaman dari partainya yang menyebut hal itu sebagai "kudeta" dan berjanji untuk melanjutkan aksi demonstrasi.
Hingga Kamis malam, Demo Turkiye telah menyebar ke sedikitnya 32 dari 81 provinsi di Turkiye, menurut laporan AFP.
Pemimpin oposisi Ozgur Ozel menyerukan kepada masyarakat di seluruh Turkiye untuk turun ke jalan pada pukul 17.30 waktu setempat setelah puasa Ramadhan berakhir.
Meskipun Menteri Kehakiman memperingatkan, ajakan tersebut "melanggar hukum dan tidak dapat diterima".
Ribuan pengunjuk rasa menolak larangan protes di Istanbul dan berkumpul setiap malam di luar Balai Kota untuk memberikan dukungan kepada Imamoglu.
Sementara itu, pihak berwenang pada Jumat memperluas larangan protes ke ibu kota Ankara dan kota pesisir barat Izmir.
Polisi awalnya bersikap menahan diri dalam menghadapi protes, namun pada Kamis, mereka mulai menggunakan peluru karet dan gas air mata saat bentrok dengan mahasiswa di Istanbul.
Di Ankara, polisi antihuru-hara juga menggunakan gas merica, peluru karet, dan meriam air untuk membubarkan kerumunan sekitar 1.500 orang.
Media Turkiye melaporkan, polisi telah menangkap sedikitnya 88 pengunjuk rasa, memperbarui angka sebelumnya yang dilaporkan oleh Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya, yang menyebutkan 53 penangkapan.
Yerlikaya juga melaporkan, 16 petugas polisi mengalami luka-luka, dan 54 orang lainnya ditahan karena unggahan daring yang dianggap sebagai upaya menghasut.
Berbicara pada Kamis malam, Presiden Erdogan meremehkan kerusuhan tersebut, menyebutnya sebagai protes jalanan terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
"Upaya oposisi untuk menampilkan masalah mereka dengan hukum sebagai masalah terbesar negara adalah puncak kemunafikan," katanya. "Turkiye tidak punya waktu untuk disia-siakan pada drama oposisi," lanjutnya.
Namun, Ozel memperingatkan Erdogan bahwa protes akan terus berlanjut. "Mulai sekarang, tidak seorang pun boleh mengharapkan CHP untuk berpolitik di gedung-gedung, kami akan turun ke jalan dan di alun-alun," tegasnya.
Partai oposisi pro-Kurdi, DEM, juga menyatakan akan bergabung dalam unjuk rasa di Istanbul pada Jumat malam.
Di sisi lain, Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc memperingatkan di media sosial bahwa seruan untuk protes jalanan adalah ilegal.
"Seruan untuk protes jalanan berdasarkan penyelidikan peradilan yang sedang berlangsung adalah melanggar hukum dan tidak dapat diterima. Mereka yang berada di posisi yang bertanggung jawab harus lebih berhati-hati," tulisnya.
Sementara itu, pada Jumat pagi, pembatasan pada media sosial dan akses internet yang diberlakukan setelah penangkapan Imamoglu telah dicabut, menurut pemantau akses internet EngelliWeb.
Tindakan terhadap Imamoglu telah berdampak signifikan pada pasar keuangan Turkiye, yang mengalami penurunan tajam, memberikan pukulan berat bagi lira Turkiye. I kps
COMMENTS