JAKARTA - Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Bank Indonesia (BI) Solikin M Juhro mengatakan krisis ekonomi telah memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia untuk semakin berhati-hati.
“Kita syukuri ya, krisis ini telah memberikan pelajaran bagi kita untuk kita semakin cautious gitu, mulai krisis Asia tahun 1997-1998, kemudian ada taper tantrum (gejolak pasar keuangan yang terjadi ketika bank sentral mengurangi stimulus moneter), dan sebagainya,” ujarnya dalam Taklimat Media BI di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu.
Berbagai pengalaman Indonesia menghadapi krisis membuat BI bersama komunitas terkait disebut semakin memperketat regulasi dan pengaturan secara prudent. Tantangan-tantangan tersebut membuat ekonomi Indonesia semakin resilien.
Misalnya, saat krisis ekonomi tahun 2009 ketika ekonomi sejumlah negara mengalami penurunan, Indonesia mampu bertumbuh hingga 4,5 persen.
“Itu (pertumbuhan ekonomi) hanya (mampu dicapai) segelintir di antara negara-negara yang terdampak oleh krisis global. Kenapa? Karena sektor uang kita terisolasi dengan aturan-aturan dan disiplin, dan dari sisi aspek yang terjaga dengan baik,” ungkap Solikin.
Melalui pengaturan, code of conduct, kebijakan, dan koordinasi, lanjut dia, membuat sistem keuangan di Tanah Air tetap baik. Karena itu pula, apabila ada isu-isu atau gejolak global yang menerpa ekonomi dalam negeri, keadaan Indonesia masih cukup stabil, agile, serta mampu untuk bangkit dan pulih.
“Itu tidak ujug-ujug (Indonesia berhasil melewati tantangan tersebut), karena pengalaman-pengalaman (sebelumnya telah mengajarkan kita untuk) meng-crafting strategi bauran kebijakan itu, sehingga kita di tengah-tengah dinamika global masih tinggi, SSK (Sistem Stabilitas Keuangan) kita tuh masih terjaga dengan baik, kita syukuri,” kata dia. I tar
COMMENTS