LUANDA - Angola memutuskan untuk mundur sebagai mediator dalam penyelesaian konflik militer di Republik Demokratik Kongo (DRC), menurut pernyataan kantor kepresidenan Angola pada Senin (24/3).
"Hampir dua bulan setelah mengambil alih kepemimpinan Uni Afrika saat ini, Angola menyadari perlunya membebaskan diri dari tanggung jawab sebagai mediator dalam konflik di DRC timur, agar dapat lebih fokus pada prioritas utama yang telah ditetapkan oleh organisasi kontinental," bunyi pernyataan tersebut.
Meski demikian, otoritas Angola berjanji akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan bersama Komisi Uni Afrika untuk "mengidentifikasi negara yang kepala negaranya, dengan dukungan SADC (Komunitas Pembangunan Afrika Selatan), Komunitas Afrika Timur, dan para fasilitator, akan mengambil alih peran mediasi dalam konflik antara DRC dan Rwanda."
Negosiasi langsung antara pemerintah DRC dan kelompok pemberontak M23 (March 23) seharusnya dimulai pada 18 Maret di ibu kota Angola, Luanda. Namun, kelompok M23 menolak untuk berpartisipasi dalam perundingan tersebut.
Setelah kegagalan upaya mediasi yang dipimpin Angola, kelompok M23 kembali melancarkan serangan dan merebut wilayah yang luas di bagian timur DRC.
Pemerintah DRC menuduh Rwanda mendukung kelompok pemberontak dan mendesak negara tersebut untuk menarik pasukan dari wilayahnya. Namun, Rwanda membantah tuduhan tersebut.
Pada akhir Januari, kelompok M23 berhasil merebut Goma, ibu kota Provinsi Kivu Utara di bagian timur DRC. Kemudian, pada pertengahan Februari, kelompok pemberontak itu memasuki Bukavu, ibu kota Provinsi Kivu Selatan. I tar
COMMENTS