JAKARTA - Kehadiran perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, DeepSeek AI menggemparkan dunia teknologi. Startup ini berhasil mengguncang dominasi ChatGPT dan menjadi aplikasi gratis nomor satu di App Store Apple di Amerika Serikat (AS).
Keberhasilan DeepSeek AI bahkan mengguncang pasar saham, dengan nilai saham beberapa raksasa teknologi AS mengalami penurunan signifikan.
Salah satu dampak terbesar dirasakan oleh Nvidia, yang kehilangan kapitalisasi pasar hampir US$600 miliar (setara dengan Rp9.733 triliun) dalam sehari—sebuah rekor kejatuhan terbesar dalam sejarah AS.
Di balik gebrakan DeepSeek AI, ada sosok jenius yang menjadi arsitek utama, yaitu Liang Wenfeng. Pria berusia 39 tahun ini berasal dari Guangdong, sebuah wilayah yang sejak tahun 1980-an menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Berbeda dengan banyak orang di sekitarnya yang lebih tertarik untuk berbisnis, Liang memilih jalur akademik.
Ia menempuh pendidikan di Universitas Zhejiang dengan spesialisasi dalam Teknik Elektronika dan Komunikasi, kemudian melanjutkan studi hingga meraih gelar master pada tahun 2010 di bidang yang sama.
Karirnya semakin bersinar ketika ia mendirikan dana lindung nilai kuantitatif pada tahun 2015. Berbeda dengan dana investasi konvensional yang mengandalkan analisis manusia, dana ini sepenuhnya beroperasi berdasarkan algoritma matematika yang kompleks.
Di bawah kepemimpinannya, portofolio dana ini berkembang pesat dan mencapai lebih dari 100 miliar yuan pada akhir tahun 2021.
Namun, Liang tak berhenti di situ. Pada April 2023, perusahaannya mengumumkan bahwa mereka akan mengalihkan fokus dari dunia investasi ke bidang AI dengan tujuan mengeksplorasi kecerdasan umum buatan (AGI).
Hanya dalam waktu sebulan, DeepSeek AI pun lahir, membawa ambisi besar untuk menyaingi atau bahkan melampaui OpenAI.
Meskipun memiliki pengaruh besar di dunia teknologi, Liang tetap mempertahankan profil yang relatif rendah di hadapan publik.
Hingga saat ini, ia hanya pernah memberikan dua wawancara eksklusif kepada media Tiongkok, Waves, pada tahun lalu dan tahun 2023.
Selain itu, ia jarang menampakkan diri, dan DeepSeek AI sendiri tidak banyak menanggapi permintaan wawancara.
Di bawah kepemimpinan Liang, DeepSeek AI memanfaatkan talenta terbaik serta sumber daya penelitian untuk mengembangkan model AI mutakhir yang diharapkan dapat menjadi standar industri. Visi mereka bukan hanya menciptakan AI yang lebih canggih, tetapi juga menyediakan teknologi ini bagi perusahaan lain untuk membangun produk AI yang bermanfaat bagi konsumen dan industri.
Pendekatan inovatif yang diterapkan Liang cukup unik dalam lanskap teknologi Tiongkok. Sebagian besar perusahaan teknologi di negara tersebut cenderung mengambil inspirasi dari inovasi luar negeri—mulai dari aplikasi hingga kendaraan listrik—dan kemudian mengembangkannya dengan sangat cepat.
Namun, Liang memiliki visi yang berbeda. Ia ingin membawa AI Tiongkok ke level yang lebih tinggi, bukan sekadar menjadi pengikut tren global.
"AI di Tiongkok tidak bisa terus-menerus berada di posisi sebagai pengikut. Kita sering mengatakan bahwa ada celah satu atau dua tahun antara AI Tiongkok dan AS, tetapi sebenarnya kesenjangan yang lebih besar terletak pada perbedaan antara inovasi orisinal dan sekadar meniru," ujar Liang dalam wawancaranya beberapa waktu lalu.
Dengan semangat inovasi dan dorongan untuk menjadi pemimpin dalam bidang AI, Liang Wenfeng kini berada di garis depan revolusi kecerdasan buatan.
Keberhasilan DeepSeek AI tidak hanya mengubah persaingan global dalam dunia AI, tetapi juga membuktikan bahwa Tiongkok bisa menjadi pelopor dalam teknologi yang akan membentuk masa depan. I mi
COMMENTS