TEL AVIV - Berakhirnya kekuasaan Bashar Al Assad di Suriah diklaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai akibat langsung dari kampanye militer Israel melawan Hizbullah dan Iran.
Dalam kunjungan ke perbatasan Israel-Suriah pada hari Minggu, 8 Desember 2024, Netanyahu memuji pengambilalihan Suriah oleh kaum radikal Islam.
"Ini adalah hari bersejarah dalam sejarah Timur Tengah," katanya dalam sebuah pernyataan video, seperti dikutip dari RT, Senin 9 Desember 2024.
"Rezim Assad adalah mata rantai utama dalam poros kejahatan Iran: rezim ini telah jatuh," katanya.
Pasukan antipemerintah, termasuk jihadis Hayat Tahrir-al-Sham (HTS) dan militan Tentara Pembebasan Suriah yang dipersenjatai AS, menyerbu Damaskus pada Sabtu 7 Desember 2024, saat Tentara Suriah mundur dan Assad kabur ke Rusia.
Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani, mantan komandan al-Qaeda, mengumumkan kemenangan dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Minggu, dengan menyatakan bahwa “masa depan adalah milik kita.”
"Ini adalah akibat langsung dari serangan yang telah kita lakukan terhadap Iran dan Hizbullah, pendukung utama rezim Assad," kata Netanyahu, sambil mengklaim bahwa serangan Israel terhadap Iran dan kampanye militer terhadap Hizbullah di Lebanon menghambat kemampuan mereka untuk memperkuat pasukan Assad dalam melawan kemajuan teroris.
“Hal ini telah menciptakan reaksi berantai di seluruh Timur Tengah dari semua pihak yang ingin terbebas dari rezim yang menindas dan tirani ini,” tambahnya.
Pasukan HTS melancarkan serangan mendadak terhadap Tentara Suriah di provinsi Idlib dan Aleppo utara akhir bulan lalu, dan dengan cepat merebut sejumlah kota penting di sepanjang jalan selatan menuju Damaskus.
Sejak awal, pemerintah Assad menyatakan bahwa jumlah jihadis bertambah karena banyaknya pejuang asing, sementara Kementerian Luar Negeri Rusia mengklaim bahwa para teroris telah menerima pelatihan dari intelijen militer Ukraina. I rm
COMMENTS