Oleh: Yudi Latif
Saudaraku, pada Jumat lalu (18/10) ada peristiwa penting. Acara diskusi buku "Theology of Hope", Karya Prof. Komaruddin Hidayat, yang dikaitkan dengan soft launching Yayasan Indonesian Bliss Initiative (Inabliss).
Saya memberi Kata Pengantar atas buku tersebut. Saya juga menjadi salah seorang pendiri yayasan tersebut. Antara buku dan yayasan dipertautkan oleh harapan yang sama: kebahagiaan hidup bersama.
Dengan mengutip Emily Dickinson, saya nyatakan bahwa, "Harapan itu sesuatu bersayap yang hinggap di jiwa, menyanyikan nada tanpa kata, dan tak pernah henti sama sekali," Harapan itu melantunkan nyanyian kehidupan dalam dua jenis nada. Nada mayor membangkitkan “harapan positif” yang merangsang gairah orang utk berbuat kebajikan. Nada minor membangkitkan “harapan negatif” yang menyentuh keinsyafan orang untuk menghindari keburukan.
Harapan positif itu bergema dari jiwa altruis, seperti “semut-semut” komunitas yang bergotong-royong meringankan derita sesama dalam alunan nada mayor yang sepi ing pamrih, rame ing gawe. Seperti hartawan dermawan (sungguhan) yang hidup bersahaja tanpa gila harta dan puja. Kemampuan usaha dan akumulasi kekayaannya dihikmati sebagai wahana dan amanah untuk berbakti menumbuhkan harapan mereka yang kurang mampu dan kurang beruntung.
Meski nada mayor masih terdengar, arus deras pengharapan bangsa masih menggemakan tembang bernada minor. “Harapan negatif” menjadi koor sehari-sehari, mengharapkan penyelenggara negara menghindari korupsi dan nepotisme, tak salah urus dan salah tingkah, dengan tendensi cuma ramai ing pamrih, namun sepi ing gawe, saat nyawa jutaan rakyat dipertaruhkan.
Dalam momen yang menguji daya sintas bangsa, para pemimpin politik dihadapkan pada pertanyaan gugatan Mencius. “Adakah perbedaan antara membunuh manusia dengan belati dan membunuhnya dengan salah urus?”
Letupan nada mayor di tengah masyarakat mestinya menggugah penyelenggara negara untuk bisa memperbesar api harapan positif dengan kesungguhan menyimak harapan negatifnya. Diperlukan kapasitas pemimpin untuk memilih jalan yang tepat. Maka, luruskan niat; berharap Tuhan menunjuki jalan lurus.
COMMENTS