BANDUNG- Mahasiswa dari belasan Kampus di Jawa Barat - Banten dan Departemen Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran menggelar sebuah diskusi bertema "25 Tahun Reformasi Dikorupsi, Bagaimana Masa Depan Generasi Z?" .
Sejumlah akademisi, aktivis 98 dan mahasiswa yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut meliputi Dr. Indra Perwira dari Dosen Senior Hukum Tata Negara Unpad, Rocky Gerung, Aktivis Unpad 80an Paskah Irianto, Aktivis 90 yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana dan Mahasiswa Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Harris Aufa. Selain itu ekonom sekaligus mantan aktivis ITB, Dr. Rizal Ramli juga ikut menyampaikan pendapatnya secara daring.
Dalam diskusi tersebut Dr. Indra Perwira menyampaikan bahwa Reformasi yang seharusnya mewujudkan demokratisasi di Indonesia, justru melanggengkan system yang bertentangan dengan demokrasi. Khususnya dikampus yang seharusnya menjadi benteng terakhir bagi demokrasi, hari ini justru melahirkan intelektual yang tak lebih dari sekedar "tukang". Selain itu keadaan ini diperburuk dengan diamnya mahasiswa yaitu Generasi Z, generasi yang hanya tunduk, kurang memiliki empati terhadap sekelilingnya sehingga tidak memberi perhatian untuk mengawasi jalannya kekuasaan di tengah civil society.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Dr. Indra Perwira, Dr. Rizal Ramli juga menyatakan bahwa Reformasi benar-benar berkomitmen dengan demokrasi hanya empat tahun pertama yaitu di jaman pemerintahan Habibie dan Gusdur. Dengan menjadikan perbaikan ekonomi sebagai tolak ukur, Dr. Rizal Ramli menyatakan bahwa kegagalan untuk membuat rakyat makmur bisa dikatakan sebagai sistem yang masih otoriter.
Selanjutnya, sebagai alumni dan Aktivis Unpad tahun 80an Paskah Irianto juga menyampaikan bahwa hari ini hukum hanya menjadi alat kekuasaan. Politik yang dimainkan dalam hukum, menjadikan hukum tersebut tameng, atau bahan perlindungan dari hukum. Sebagai penutup. Paskah memberikan apresiasi di tengah persoalan hukum hari ini, Departemen Hukum Tata Negara di Unpad masih menjadi benteng demokrasi yang melindungi mahasiswa-mahasiswa yang kritis terhadap kekuasaan. Diskusi tersebut kemudian ditutup dengan konsolidasi mahasiswa merespon 25 tahun Reformasi. I press
COMMENTS