FIRAUN adalah raja yang dikenal dengan sosoknya yang kejam. Kisahnya diceritakan dalam Al-Qur'an tatkala berhadapan dengan Nabi Musa AS yang diutus kepadanya.
Kisah diutusnya Nabi Musa AS kepada Firaun termaktub dalam surah Al A'raf ayat 103. Allah SWT berfirman,
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَظَلَمُوْا بِهَاۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ ١٠٣
Artinya: "Kemudian, Kami utus Musa setelah mereka dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya. Lalu, mereka mengingkarinya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, Firaun dalam ayat tersebut adalah raja negeri Mesir pada zamannya.
Disebutkan dalam Ibn al-'Arabi: The Bezels of Wisdom karya Ibnu 'Arabi, dalam Al-Qur'an, Firaun digambarkan sebagai sosok kufur, arogan, tidak adil, dan manusia yang memuja diri sendiri.
Menurut buku Musa 'Alaihissalam karya Abu Haafizh Abdurrahman, Firaun mengaku bahwa dirinya Tuhan, sehingga seluruh rakyatnya harus tunduk padanya. Ia memperlakukan rakyat dengan kejam tanpa belas kasihan. Ia memeras pajak yang tinggi dan menjadikan kaum bani Israil sebagai budak-budak kerajaan.
Kekejaman Firaun juga diikuti dengan kesombongannya. Ia enggan bersyukur atas kemakmuran yang dianugerahkan Allah SWT. Ia justru menjadikan Mesir penuh dengan kemusyrikan.
Masih dalam sumber yang sama, kesombongan Firaun disimpulkan dalam dua kata dalam Al-Qur'an, yakni kufr dan zulm. Dijelaskan lebih lanjut, kata kufr bermakna pengabaian dengan sengaja atau penyembunyian kebenaran bagi tujuan-tujuan seseorang.
Kedua, kata zulm mengandung arti sebuah penindasan yang sewenang-wenang dan ketidakadilan yang merupakan tanda dari setiap penguasa.
"Pendek kata, Firaun adalah penjelmaan atau personifikasi kekuasaan telanjang tanpa prinsip," jelas Ibnu 'Arabi seperti diterjemahkan M. Sabrur Ali dalam Fushush Al-Hikam.
Gambaran Kekejaman Firaun
Disebutkan dalam Qashash Al-Anbiyaa' karya Ibnu Katsir, Firaun bersikap angkuh, sombong, congkak, arogan, terlarut dalam kehidupan dunia, dan menolak untuk taat kepada Tuhan Yang Mahatinggi. Ia memisahkan rakyatnya menjadi beberapa bagian dan menindas bangsa bani Israil yang berasal dari keturunan Nabi Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.
Tak hanya sampai di situ, Firaun, kata Ibnu Katsir, menjadikan bangsa bani Israil sebagai budak dan pekerja kasar di bidang-bidang rendahan. Tidak sampai di situ saja, dia juga membunuh setiap anak laki-laki bani Israil.
Kondisi tersebut digambarkan dalam firman Allah SWT yang berbunyi,
اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ ٤
Artinya: "Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil). Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia (Firʻaun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS Al Qasas: 4)
Menurut penafsiran Ibnu Katsir, alasan yang membuat Firaun membunuh anak laki-laki bani Israil karena mendengar kabar yang diwariskan oleh bani Israil secara turun-temurun dari Nabi Ibrahim, kakek moyang mereka. Kabar itu tidak lain adalah kabar kelahiran seorang anak dari keturunan bani Israil yang akan menghancurkan Kerajaan Mesir melalui tangannya.
Dikatakan, kabar ini muncul ketika istri Nabi Ibrahim, Siti Sarah, diinginkan oleh raja Mesir, namun Allah SWT menjaganya dari tangan jahat raja tersebut.
Berita tersebut semakin santer dibicarakan oleh bani Israil hingga terdengar oleh orang-orang Qibti dan akhirnya sampai ke telinga Firaun. Ia kemudian membicarakan hal itu kepada para menteri dan punggawanya dan mereka memberi masukan untuk membunuh setiap anak laki-laki yang terlahir dari bani Israil.
Anak laki-laki dari keturunan bani Israil tersebut tidak lain adalah Nabi Musa AS. Pada akhirnya cerita, Firaun dikisahkan tenggelam di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa AS.
Sebagaimana Allah SWT berfirman,
وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ٥٠
Artinya: "(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Firaun dan) pengikut-pengikut Firaun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya)." (QS Al Baqarah: 50) I det
COMMENTS